Penggenapan Dan Pembatalan Hukum Taurat

YESUS KRISTUS HANYA MENGGENAPI HUKUM TAURAT.

 

 

 

5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

 

5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

 

5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

 

5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

 

 

 

Pernyataan Yesus Kristus diatas sangat terkenal karena sering dikutip oleh umat Kristen bertujuan mengkaitkan ajaran Yesus dengan ajaran nabi-nabi sebelumnya. Dalam rangkaian kalimat tersebut Yesus menyampaikan pernyataan yang jelas bahwa : (1) Ajaran yang beliau sampaikan adalah sama dengan ajaran Taurat, (2) Hukum Taurat yang sudah ada dan dipakai dalam masyarakat Yahudi waktu itu adalah hukum Taurat yang dfisampaikan oleh nabi Musa dan tidak ada perubahan sedikitpun (3) Adanya peringatan bagi orang yang mengabaikan hukum Taurat sekecil apapun (4) Sebagai pembanding, Yesus menyatakan agar pengikutnya melaksanakan hukum Taurat ‘lebih benar’ dibandingkan ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi pada waktu itu..

 

 

 

Muncul petanyaan mendasar dari rangkaian kalimat tersebut : Apa yang dimaksud dengan kata ‘menggenapi’..??, yang pasti apapun arti kata menggenapi itu haruslah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Yesus dalam ayat tersebut, yaitu : “Tidak ada satu iotapun yang hilang dan semua hukum Taurat yang ada harus dipatuhi dan dilaksanakan agar hidup keagamaan pengikutnya lebih benar dibandingkan ahli Taurat dan kaum Farisi yang ada pada waktu itu”. Sebelum kita mencoba menafsirkan kata ‘menggenapi’ tersebut, ada baiknya kita terlebih dahulu melihat apa pandangan Yesus terhadap tindakan dan praktek keagamaan para ahli Taurat dan kaum Farisi yang ada pada waktu itu.

 

 

 

 

Pandangan beliau ini adalah pada ayat berikut :

 

 

 

23:1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:

 

23:2 “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.

 

23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

 

23:4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

 

23:5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;

 

23:6 mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;

 

23:7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

 

23:8 Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.

 

23:9 Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.

 

23:10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.

 

23:11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

 

23:12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

 

23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.

 

23:14 [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]

 

23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.

 

23:16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.

 

23:17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?

 

23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.

 

23:19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?

 

23:20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya.

 

23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.

 

23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.

 

23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

 

23:24 Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.

 

23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.

 

23:26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.

 

23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.

 

23:28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

 

23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh

 

23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.

 

23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.

 

23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!

 

23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?

 

23:34 Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,

 

23:35 supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah.

 

23:36 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!”

 

23:37 “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.

 

23:38 Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.

 

23:39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”

 

 

 

Seluruh pendapat Yesus yang ada dalam Matius 23 tersebut bisa kita ringkas, bahwa para ahli Taurat dan kaum Farisi adalah orang yang menjalankan hukum Taurat bukan demi keimanan, bukan dengan hati yang benar-benar tunduk kepada Tuhan melainkan untuk kepentingan keuntungan pribadi, banyak kalimat perumpamaan Yesus yang menggambarkan hal ini ‘Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya’, ‘Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang’, ’mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi’. Semua pernyatan Yesus tersebut menggambarkan sekalipun ritual peribadatan dan aturan hukum Taurat dilaksanakan, tapi ajaran tersebut telah ‘diperalat’ untuk kepentingan, terutama bagi pemuka-pemuka agama Yahudi.

 

 

 

Berdasarkan gambaran tentang para ahli Taurat dan kaum Farisi tersebut, Yesus mengajarkan kepada para pengikutnya AGAR HIDUP KEAGAMAANYA LEBIH BENAR, artinya : TETAP MENJALANKAN HUKUM TAURAT NAMUN DENGAN DASAR KEIMANAN DAN KEPATUHAN KEPADA TUHAN, bukan demi mendapat penghormatan dari orang lain, demi keuntungan pribadi atau karena kemunafikan. Maka setelah Yesus menyatakan bahwa beliau bukanlah mau meniadakan hukum Taurat, lalu disampaikan :

 

 

 

5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

 

5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

 

5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

 

5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

 

5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

 

5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

 

5:27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.

 

5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

 

5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

 

5:30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

 

5:31 Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.

 

5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

 

5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.

 

5:34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,

 

5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;

 

5:36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

 

5:37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

 

5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.

 

5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

 

5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

 

5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

 

5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

 

5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.

 

5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

 

5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

 

5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?

 

5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?

 

5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

 

 

 

Semua ajaran tersebut punya pola penyampaian yang sama, yaitu pertama disebutkan apa bunyi hukum Tauratnya, lalu Yesus menyampaikan ajarannya yang menyentuh aspek rohani. Ketika Yesus menyebut aturan membunuh, beliau melanjutkannya dengan kata ‘marah’, ketika Yesus menyampaikan hukum berzina, dilanjutkan dengan ajaran nafsu yang bersemayam dalam hati, ketika beliau menyatakan hukum qishash – mata ganti mata – dilanjutkan dengan ajaran tentang kasih, juga suatu yang terkait erat dengan rohani. ITULAH YANG DIMAKSUD YESUS KRISTUS DENGAN KATA ‘MENGGENAPI’ HUKUM TAURAT. Secara awam , kita bisa menjelaskan kata ‘menggenapi ‘ dengan keterangan berikut : apabila kita ingin menggenapi angka sembilan menjadi sepuluh, maka dalam angka sembilan tersebut DITAMBAHKAN satu angka, sehingga genap menjadi sepuluh, dimana dalam angka sepuluh tersebut TERDAPAT UNSUR ANGKA SEMBILAN. Maka apabila Yesus menyatakan ‘menggenapi’ hukum Taurat, artinya SEMUA ATURAN HUKUM TAURAT TETAP DIJALANKAN DAN DITAMBAH DENGAN UNSUR KEIMANAN BAHWA PELAKSANAAN HUKUM TERSEBUT SEMATA-MATA ATAS DASAR KEPATUHAN KEPADA TUHAN, sesuatu yang tidak dilakukan oleh Yahudi dan kaum Farisi.

 

 

 

Namun beberapa tahun kemudian setelah Yesus Kristus tidak ada lagi (Kristen menyatakan Yesus telah mati disalib), muncullah seorang Rasul bernama Paulus yang menyampaikan ajarannya tentang apa arti kata ‘menggenapi’ tersebut. Inilah ajarannya :

 

 

 

3:19 Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.

 

3:20 Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

 

3:21 Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,

 

3:22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.

 

3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

 

3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

 

3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

 

3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

 

3:27 Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!

 

3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.

 

3:29 Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!

 

3:30 Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

 

3:31 Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya. (Roma)

 

 

 

4:13 Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.

 

4:14 Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.

 

4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.

 

4:16 Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, (Roma)

 

 

 

6:13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

 

6:14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

 

6:15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! (Roma)

 

 

 

10:4 Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

 

10:5 Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: “Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.”

 

10:6 Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: “Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?”, yaitu: untuk membawa Yesus turun,

 

10:7 atau: “Siapakah akan turun ke jurang maut?”, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.

 

10:8 Tetapi apakah katanya? Ini: “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan.

 

10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

 

10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

 

10:11 Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”

 

10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.

 

10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

 

10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Roma)

 

 

 

Dengan bahasa yang agak berbelit-belit, dan tidak terang-terangan menyatakan bahwa aturan Hukum Taurat sudah tidak perlu lagi dijalankan, seperti apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus, sang Rasul berusaha membelokkan ajaran Yesus yang semula MENGGENAPI PELAKSANAAN ATURAN HUKUM TAURAT DENGAN DASAR KEIMANAN KEPADA TUHAN menjadi KEIMANAN KEPADA YESUS SEBAGAI TUHAN DAN TIDAK PERLU LAGI MELAKSANAKAN HUKUM TAURAT, itulah yang dimaksud ‘sang Rasul’ dengan kata ‘menggenapi’, itu pula yang dipakai umat Kristen sekarang..

sumber: Alberto Mahaluby Miscionerry

Ibadah Yesus

Dalam Alkitab terdapat sabda Yesus (Isa Almasih) berikut ini:

“Bangsa ini memuliakan Aku (Yesus) dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripadaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah PERINTAH MANUSIA (Matius 15:8-10)

Dan hal ini ditegaskan pula dalam Al Quran berikut ini:

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Alkitab DENGAN TANGAN MEREKA SENDIRI, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang DITULIS OLEH TANGAN MEREKA SENDIRI, karena apa yang mereka kerjakan (QS 2:79).

Jika Alkitab itu firman Tuhan, tentulah terdapat perintah/ajaran yang sesuai dengan ajaran Islam, yang perintah itu tersembunyi dan tidak dilaksanakan oleh umat Kristen, perintah itu dalam Islam disebut RUKUN ISLAM MENURUT ALKITAB, ALQURAN DAN HADITS?

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang fakir tidak menyukainya (QS 40:14)

Apakah islam ajaran setan? Bila Islam adalah berasal dari Allah Tuhan YME tentunya rukun islam ada juga terdapat di dalam Al Kitab baik langsung maupun tidak langsung.

Dalam akidah Islam terdapat 5 rukun Islam yakni:

1. Bersyahadat;

2. Shalat;

3. Berpuasa;

4. Zakat;

5. Haji khusus bagi yang mampu

Karena Allah sebelum menurunkan Al Quran telah menurunkan Taurat dan Injil (sebagaimana ajaran berkhittan, berkorban, tidak memakan bábi dsbnya) tentulah “sebenarnya tedapat ajaran-ajaran pokok rukun Islam itu dalam Alkitab, untuk itu perhatikan ayat-ayat Alkitab berikut ini:

1. SYAHADAT TAUHID

Syahadat pada dasarnya adalah menyatakan kesaksian tiada Tuhan selain Allah dan yg dikenal sebagai syahadat Tauhid, sedangkan syahadat rasul adalah meyakini Muhammad sebagai Rasul (karena Injil turun terlebih dahulu sebelum kelahiran Muhammad saw) tentunya yang ada hanyalh syahadat Tuhid, perhatikan ayat Alkitab berikut ini:

“Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain, kecuali Dia (Ulangan 4:35).

“Bukankah Aku, Tuhan? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain padaKu! Allah yang adil dan Juru selamat, tidak dan yang lain kecuali Aku (Yeyasa 45:21)

Pada perjanjian baru disebutkan:

”Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa (Markus 12: 29)”

Dalam Alquran disebutkan:

”“Sesungguhnya Allah. Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. ( QS 3, Ali Imran:51)

“Aku (Isa Al Masih/Yesus) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada diantara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku. Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”. (QS 5, Al Maa’idah: 117)

“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! (Ulangan 6:4).

“Musa menjawab: “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat (Pen: Bani Israil yang telah diberi rahmad oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada semasa Nabi Musa as)”. ( QS 7, Al A’raaf:140)

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu”. (QS 47, Muhammad:19)

2. SHALAT (SUJUD)

Shalat sebenarnya adalah doa dan penghambaan makhluk kepada Tuhan-Nya. Inti dari shalat itu selain ruku adalah SUJUD menyembah Allah, jadi ibadah yang hakiki adalah SUJUD (lihat tulisan saya sebelumnya Tidak Shalat/Sujud=Kafir).

Perjanjian Lama:

Masalah sujud (shalat) dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Baru banyak disebutkan. Untuk itu coba renungkan ayat-ayat berikut ini:

“Orang itu (Ramatain-Zofin) dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk SUJUD MENYEMBAH dan mempersembahkan korban kepada Tuhan Semest alam di Silo (I Samuel 1:3)”

“Ezra (Pen: Islam nabi Uzair) berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan BERSUJUD di depan rumah Allah (Ezra 10:1)

“..kemudian SUJUDLAH Ia (Ayub) dan MENYEMBAH. (Ayub 1:21)

“Keesokan hari bangunlah mereka itu pagi-pagi (Pen: Subhuh?), lalu SUJUD MENYEMBAH di hadapan Tuhan (I Samuel 1:19)

“Lalu BERLUTUTLAH orang itu dan SUJUD menyembah TUHAN, serta berkata: “Terpujilah TUHAN, Allah tuanku Abraham,..” (Kejadian 24:26)

“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.” Lalu sujudlah Abram (Abraham), dan Allah berfirman kepadanya” (KEJADIAN 17:2-3)”

Kejadian di atas terdapat pada masa Abraham (Ibrahim), sedangkan pada zaman Musa dapat dilihat pada ayat berikut ini:

“Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka” (BILANGAN 20:6)

“Berfirmanlah Ia (TUHAN Allah) kepada Musa: Naiklah menghadap TUHAN, Engkau dan Harun, Nadab dan Abihu dan 70 orang tua-tua Israel dan SUJUDLAH kamu MENYEMBAH dari jauh (Keluaran 24:1-2)”

Pada Perjanjian Baru :

“Semua itu akan kuberikan kepadamu, jika Engkau SUJUD MENYEMBAH aku (Iblis)”. Maka berkatalah Yesus kepadanya (Iblis): “Enyahlah Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Matius 4:9-10)

A) Mengapa manusia tidak mau sujud?

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa telah SUJUD (tunduk patuh)kepada Allah segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang, gunung-gunung, segala fauna dan flora, dan SEBAGIAN SAJA DIANTARA MANUSIA…..QS: [22] Al Hajj:18)”

“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atasnya, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan SUJUD MENYEMBAH kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:4-5)

Jadi karena keangkuhan sehingga hanya sebagian manusia yang mau sujud! Apakah anda termasuk yang tidak mau sujud itu?

“Apa sebab gerangan mereka masih belum percaya (tidak beriman)? dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud; Bahkan orang-orang kafir itu mendustakannya; Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka; Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih (neraka Jahanam) (QS 84 (Insyiqaaq):20-24)”

[441] Apabila Allah menghendaki akan memberi rahmat kepada penduduk neraka, maka disuruh-Nya malaikat mengeluarkan orang-orang yang pernah menyembah Allah. Mereka segera mengeluarkannya, yang masing-masing dikenalnya dengan tanda bekas SUJUD (HR Bukhari).

“Sesungguhnya orang yang menyombongkan dirinya dari SUJUD (menyembah) Aku, akan masuk NERAKA JAHANAM dengan kehinaan (QS Al Mu’min:60)

“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak mentombongkan diri (QS [16] An Nahl: 49)

B) Kemana Yesus?

Ini kisah Yohanes ketika berada dilangit/sorga:

“Dan semua malaikat berdiri mengelili tachta dan tua-tua dan kepercayaan-4 makluk itu, mereka tersungkur di hadapan tachta itu dan MENYEMBAH (Sujud) Allah, sambil berkata: Amin ! pujian-pujian dan kemulyaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan bagi Allah kita sampai selama-lamanya. Amin! (Wahyu 7:11)

Apakah mereka sedang melaksanakan shalat atau sujud (menyembah Allah), sebab kegiatan tersebut sama seperti shalat. Umat Islam dalam shalat mengucapkan bacaan: syukur (Alhamdulilah), memulyakan Allah (Allahu Akbar, ketika takbir), memujinya (Subhanallah, ketika ruku dan sujud), dan menghormatinya akan kekuasaannya dengan bacaan Al Quran. Dan kemudian membaca Aamiin (Semoga Tuhan Mengabulkan doa).

Pertanyaan kemudian: kemana perginya Yesus yang biasa duduk di sebelah kanan Tuhan Bapa?

C) Umat Kristen Tidak Pernah Sujud Menyembah Tuhan

Umat Kristen juga merupakan umat yang TIDAK PERNAH menyembah Tuhan. Tatacara ibadah umat Kristen, sebagaimana diuraikan secara singkat di bawah ini, meski beberapa diantaranya diduga diajarkan oleh Yesus, akan tetapi, yang paling penting adalah bahwa umat Kristen TIDAK PERNAH menyembah Tuhan, meski mereka memiliki 3 Tuhan (Trinitas). Namun, tak satupun dari 3 Tuhan tersebut yang disembah oleh umat Kristen. Adapun tatacara ibadah umat Kristen:

(a) Menyanyi

Menyanyi merupakan ritual umat Kristen paling penting yang harus dilakukan pada setiap kebaktian Minggu atau kebaktian lainnya di gereja atau tempat lain. Menyanyi, bukanlah prosesi penyembahan kepada Tuhan, tetapi merupakan bentuk puji-pujian kepada Tuhan.

(b) Berdoa

Berdoa juga merupakan ritual penting kedua dalam ibadah umat Kristen. Sebagaimana berdoa dalam ritual umat-umat agama lain, berdoa dalam Kristen juga sama sekali bukanlah bentuk penyembahan kepada Tuhan, tetapi merupakan bentuk ritual permohonan/ permintaan kepada Tuhan, sama sekali bukan bentuk penghambaan/ kepasrahan secara total (menyembah) kepada Tuhan.

“Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan bertepuk tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu (QS 8:35)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”, mereka menjwb: “Siapakah Yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akn sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?”, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman) (QS 25:60)

3 PUASA

Yesus juga melakukan puasa sebagaimana, nabi-nabi lain sebelumnya melakukan Puasa. Bagaimanakah puasa menurut Yesus, untuk itu perhatikan ayat Alkitab berikut ini:

“Dan setelah berpuasa 40 HARI DAN 40 MALAM, akhirnya laparlah Yesus (Matius 4:2)

Apakah umat Kristen akan sanggup melaksanakan puasa seperti yang dilakukan Yesus, yaitu 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum?

Apakah umat Kristen dapt berpuasa sebagaimana yang dilakukan Yesus tersebut? Yang pasti secara fitrah, manusia biasa tidak akan bertahan bila puasa 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum, sebab bila tidak makan dan minum selama itu, manusia/hewan akan kebinasaan/mati.

Puasa secara khusus diwajibkan kepada umat Katholik, akan tetapi, tata cara dan waktunya sepenuhnya ditentukan oleh gereja. Jelas, tata cara ini berbeda dengan puasanya umat Israel dimana Yesus mengemban misinya. Puasa ini tidak ada hubungannya dengan ritual menyembah Tuhan.

“Dan apabila kamu BERPUASA, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila ENGKAU BERPUASA, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melinkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Matius 6:16-18)”

4. ZAKAT

“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu (Amsal 3:9)

“Jikalau seorang mengkuduskan sebagian darildang miliknya bagi TUHAN, maka nilainya haruslah sesuai dengan taburannya, yakni schomer taburan benih jelai berharga 50 syikal perak (Imamat 27:16)

Ayat di atas sebenarnya erak kaitannya dengan zakat hasil pertanian. Demikian pula ayat berikut ini:

“Mengenai segala persembahan persepuluh dari lembu dan sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN (Imamat 27:32)

Dalam ajaran Islam dikenal adanya zakat harta (mal) dan zakat fitrah. Zakat harta berupa ternak, hasil pertanian, emas, perak dan uang. Yang diatur sesuai haulnya (satu tahun sekali) dan sesauai hitungan/jumlahnya (nisabnya). Selain itu dalam Islam dikenal pula, sedekah, infaq, dan wakab.

“Sesungguhnya orang-orang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan ZAKAT, mereka mendapat pahala dari sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (QS 2:277)”

Dalam perhitungan zakat emas, maka paling tidak sudah berjumlah 20 mitswal (80 gram) dan cukup setahun lamanya disimpn, sedangkan untuk kambing minimal sebanyak 40 ekor zakatnya 1 ekor yang berumur satu tahun Sedangkan zakat-zakat lain terdapat perincian yang detail dan lengkap.

5. HAJI

“Lalu Allah membuka mata Hagar (Hajar), sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak (Ismael) itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di apdang gurun dan menjadi seorang pemanah, maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir (Kejadian 21:19-21)”

“Lalu malaikat Tuhan menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan Syur (Kejadian 16:7)”

“Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lachai-Roi; letaknya antara Kadesj dan Bered (Kejadian 16:14)”

“Kemudian Tuhan membuka mata Hajar dan dia melihat sebuah sumur air. Di pergi menuju sumur itu, dan mengisi kantung air, kemudian memberi minum anak itu (Kejadian 21:19).

Dalam Mazmur sendiri telah merujuk pada Sumur Zamzam, meskipun tidak menyebut namanya, dan secara spesifik menyebutk letaknya di Bakkah, varian kuno dari nama Mekkah.

“Berbahagialah mereka yang kekuatannya ada padamu, pada mereka yang hati nya merupakan jalan lapang menuju Zion. Setelah mereka melewati lembah Bakkah, mereka menjadikannya sebagai tempat yang subur, hujan awal pun menyiraminya dengan air seperti kolam (Mazmur 84: 5-6).

Menurut akidah Islam, sumur Lachi-Roi itu disebut zam-zam (artinya air yang berkumpul), sedangkan Kadesj dan Bered adalah nama gunung yakni Shafa dan Marwa di kota Mekkah, dari peristiwa/kisah Ismael inilah maka munculnya Sai (lari-lari kecil) dari padang Safa ke Marwa.

Dan sumur ini telah menjadi suatu mukjizat karena sudah bertahan paling sedikit 4.000 tahun, semenjak dibuat oleh Jibril. Hingga kini air sumur Zamzam dapat dinikmati dan diminum oleh orang-orang yg sedang berhaji dan umron selama berabad-abad dan diminum oleh berjuta-juta manusia (Maha Suci Allah!)

“Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian syiar Islam, maka barang siap beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya (QS 2:158)

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji. mereka akan datang kepadamu (Ibrahim) dengan berjalan kaki dan mengendarai onta, yang datang dari segenap penjuru yang jauh (QS 22 Al Hajj:27)”

“Dan ingatlah, ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah Ka’bah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu MEMPERSERIKATKAN (Pen: syirik, menyembah berhala dll) sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku (Kabah Baitullah) ini bagi orang-orang yang thawaf, ddan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku dan sujud (QS 22:26)”

“Dari Abu Sai’id Al Khudri ra dari Nabi saw, sabda beliau: Haji dan Umrah ke Ka’batullah akan tetap dilaksanakan orang walaupun setelah keluar Ya’juj dan Ma’juj (HR Bukhari) [828]

Dalam prosesi haji dilakukan pula Tawaf. Tawaf adalah mengelili Kasus’bahwa sebanyak 7 kali. Harus diingat bahwa putaran Tawaf dilakukan berlawanan dengan putaran jarum jam. Kegiatan tawaf ini terdapat dalam ekspresinya dalam tradisi Yahudi, yang setidaknya berselang 3.000 tahun ke belakang.

Dalam ritual-ritual yang dilakukan dalam traktat Sukka Mishna (bagian dari Talmud) para pendeta Yahudi melakukan perjalanan mengelilingi altar di kuil Yerusalem (atau di sinagog pada hari-hari lain saat tidak di kuil) dan berputar tujuh kali mengelilingi kuil di Yerusalem (atau sinagog pada hari-hari lain saat tidak di kuil).

Deng demikian kegiatan Tawaf bukan kegiatan pagan (para penyembah berhala) dan hal ini sudah dilakukan oleh kaum Yahudi. Dan ritual ini juga dilakukan oleh islam, sebab pada dasarnya Islam meneruskan ajaran nabi-nabi terdahulu baik Ibrahim, Yakub maupun Musa.

Para malaikat di langit berputar mengelilingi (Thawaf) pada Arsy Allah yang Maha LUAS (super Makrokosmos) itu…dan karena sangat banyaknya jumlah malaikat itu, Allah menggantinya dengan Baitul Makmur.(bangunan mirip Ka’bah) dan sekali berthawaf setiap hari 70.000 malaikat, dan saking banyaknya setiap malaikat hanya dapat berthawaf sekali dalam seumur hidupnya.

“Kemudian Dia mulai menciptakan langit, dimana pada mulanya masih merupakan asap atau gas, lalu Allah berfirman kepada langit dan bumi: “Beredarlah (mengorbit) kamu keduanya sesuai dengan perintahku, SUKA ATAU TAK SUKA!” Kemudian langit dan bumi menjawab: “kami akan beredar dengan suka hati” (QS Fushsihlat: 11)

Jelaslah dari ayat di atas bahwa maka seluruh alam semesta ini baik malaikat, matahari, langit, bintang, matahari dsbnya…berkeliling/berotasi (Thawaf) mengelilingi Arsy Allah. Maka sudah sewajarnya kalau umat Islam yang mampu segera menunaikan ibadah haji untuk juga melakukan Thawaf berkeliling di Baitullah Ka’bah sebanyak 7 kali. Sebagai media mengelilingi Baitul Makmur dan Arsy Allah. Agungkanlah Allah, pujilah kebesaran nama-Nya. sebagaimana yang telah dilakukan para Malaikat, Adam dan Ibrahim dan Rasul SAW.

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua (Baitullah Ka’bah) itu (QS 22:29)

“Labaika Alhumma Labaika…Labaika laa syarikalaka labaika.. Innal hamda wanni mata laka wal mulka, La syarikalaka (Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu….dstnya)

Berdoalah ketika Thawaf mengelilingi Ka’bah panjatkanlah doa kepada Allah SWT, pujilah akan Kemaha Besaran Allah, jadi jangan memuji Ka’bah..sebab Umat Islam tidak memuji dan menyembah Ka’bah, pada putaran pertama, bacalah tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, (doa) ini:

“Subhanallahi walhamdulillahi walailaha illalahu wallahu akbar. Walahaula walaquwwata illa billahil aliyil azim (artinya: Maha suci Allah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan selain. Allah yang Maha Agung, tiada daya dan tiada kemampuan kecuali bersumber kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung”, (Sumber: Bimbingan Haji dari Depag RI)

“Abu Bakar mengumumkan: “Orang-orang musyrik tidak boleh lagi sesudah tahun ini (10 Dzulhijjah tahun ke-9 H), dan tidak boleh thawaf di Baitullah Ka’bah dalam keadaan TELANJANG” (HR Bukhari)’.

TAMBAHAN :

SHALAT PARA NABI (dalam INJIL)”

Shalat sebagian para nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad SAW dapat diungkapkan dalam Alkitab (bibel), walaupun mungkin tidak lengkap pencatatannya, tapi masih dapat ditelusuri, antara lain :

1. Shalat nabi Musa….. Keluaran 34:8-9

Segera Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah,seraya berkata :”Jika aku telah mendapat kasih…………………… “

2. a.Shalat nabi Sulaiman (Salomo)…..I Raja2 8 :22

Kemudia berdirilah Salomo di depan mezhab Tuhan, dan ditadahkanlah tangannya ke langit, lalu ia berkata : “Ya Tuhan Allah Israel……….”

b. juga dapat dilihat pada kitab yg sama ayat 54, dan Tawarikh 6:13-14

3. Shalat nabi Yusak (Yosua)…… Yosua 5 :14

Jawabnya : “Bukan, tetapi akulah panglima bala tentara Tuhan, sekarang aku datang. “lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ketanah, menyembah dan berkata “Apakah yang akan dikatakan kepada…………

4. Shalat nabi Ayub………… Ayub 1 : 20-21

Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya kemudia sujudlah ia dan menyembah, katanya: “Dengan telanjang aku keluar………..

5. a. Shalat nabi Isa (yesus)……… Matius 26:39

maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, katanya: “Ya Bapa-Ku,jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan………………

b.Lukas 22: 41-41 ……. Yesus berlutut dan berdoa…….

c. Markus 14: 35-36 …… Yesus merebahkan diri ketanah dan berdoa…..

6. a. Shalat orang Israel (yahudi)…….. Keluaran 12 : 27-28

Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah…………

b. II Tawarikh 7:3……… berlutulah mereka diatas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan …………..

Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa gerakan shalat nabi2 terdahulu (juga bangsa Yahudi) adalah…. berdiri,…berlutut,…sujud danmenyembah, menengadahkan tangan dan berdoa memuji kebesaran Tuhan dan meminta pertolongan.

Bagitu juga dengan Nabi Isa (Yesus)…………

sumber: Alberto Mahaluby Miscionerry

Siapakah Tuhan Yang Esa

Kata ‘Allah’ merupakan nama Tuhan yang paling populer. Apabila anda berkata :”Allah..”, maka apa yang anda ucapkan itu telah mencakup semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan bila anda mengucapkan nama-nama-Nya yang lain – misalnya ‘ar-Rahmaan’, ‘al-Malik’ dan sebagainya – maka ia hanya menggambarkan sifat Rahman, atau sifat kepemilikan-Nya. Disisi lain, tidak satupun dapat dinamakan Allah, baik secara hakikat maupun secara majazi, sedangkan sifat-sifat-Nya yang lain – secara umum – dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Bukankah kita dapat menamakan si Ali yang pengasih sebagai ‘Rahiim’?, atau Ahmad yang berpengetahuan sebagai ‘Aliim’?. Secara tegas, Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamakan dirinya Allah.

14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaahaa). Innanii = sesungguhnya Aku, anaa = Aku, Allaahu = Allah, laa ilaaha = tidak ada tuhan, illaa = melainkan, ana = Aku…

Dia juga dalam Al-Qur’an yang bertanya :”hal ta’lamu lahuu samiyyaa..” (Surat Maryam ayat 19). Ayat ini, dipahami oleh pakar-pakar Al-Qur’an bermakna :”Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini..?” atau :”Apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu (Allah)?” atau bermakna :”Apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini?”, juga dapat berarti :”Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”

Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini kesemuanya benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujudnya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.

Para ulama dan pakar bahasa mendiskusikan kata tersebut antara lain apakah ia memiliki akar kata atau tidak. Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ tidak terambil dari satu akar kata tertentu, tapi ia adalah nama yang menunjuk kepada zat yang wajib wujud-Nya, yang menguasai seluruh hidup dan kehidupan, serta hanya kepada-Nya seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan bermohon. Tetapi banyak ulama berpendapat, bahwa kata ‘Allah’ asalnya adalah ‘Ilaah’, yang dibubuhi huruf ‘Alif’ dan ‘Laam’ dan dengan demikian, ‘Allah’ merupakan nama khusus, karena itu tidak dikenal bentuk jamaknya. Sedangkan ‘Ilaah’ adalah nama yang bersifat umum dan yang dapat berbentuk jamak (plural), yaitu ‘Alihah’. Dalam Bahasa Inggeris, baik yang bersifat umum maupun khusus, keduanya diterjemahkan dengan ‘god’, demikian juga dalam Bahasa Indonesia keduanya dapat diterjemahkan dengan ‘tuhan’, tapi cara penulisannya dibedakan. Yang bersifat umum ditulis dengan huruf kecil ‘god/tuhan’, dan yang bermakna khusus ditulis dengan huruf besar ‘God/Tuhan’.

‘Alif’ dan ‘Laam’ yang dibubuhkan pada kata ‘Ilaah’ berfungsi menunjukkan bahwa kata yang dibubuhi tersebut merupakan sesuatu yang telah dikenal dalam benak. Kedua huruf tersebut sama dengan ‘The’ dalam bahasa Inggeris. Kedua huruf tambahan itu menjadi kata yang dibubuhi menjadi ‘ma’rifat’ atau ‘definite’ (diketahui/dikenal). Pengguna Bahasa Arab mengakui bahwa Tuhan yang dikenal dalam benak mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-tuhan (aliihah/bentuk jamak dari ilaah) yang lain. Selanjutnya dalam perkembangannya lebih jauh dan dengan alasan mempermudah, ‘hamzah’ yang berada antara dua ‘laam’ yang dibaca ‘i’ pada kata ‘al-Ilaah’ tidak dibaca lagi, sehingga berbunyi ‘Allah’ dan sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak memiliki akar kata, sekaligus sejak itu pula kata ‘Allah’ menjadi nama khusus bagi Pencipta dan Pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.

Sementara ulama berpendapat bahwa kata ‘Ilaah’ yang darinya terbentuk kata ‘Allah’ berakar dari kata ‘al-Ilaahah’, ‘al-Uluuhah’ dan ‘al-Uluuhiyyah’ yang kesemuanya menurut mereka bermakna ‘ibadah/penyembahan’, sehingga ‘Allah’ secara harfiah bermakna ‘Yang Disembah’. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata ‘Alaha’ dalam arti ‘mengherankan’ atau ‘menakjubkan’ karena segala perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahas hakekat-Nya akan mengherankan akibat ketidak-tahuan makhluk tentang hakekat zat Yang Maha Agung itu. Apapun yang terlintas dalam benak menyangkut hakekat zat Allah, maka Allah tidak demikian. Itu sebabnya ditemukan riwayat yang menyatakan :”Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentangZat-Nya”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ terambil dari akar kata ‘Aliiha Ya’lahuu” yang berarti ‘tenang’, karena hati menjadi tenang bersama-Nya, atau dalam arti ‘menuju’ dan ‘bermohon’ karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon.

Memang setiap yang dipertuhankan pasti disembah dan kepadanya tertuju harapan dan permohonan lagi menakjubkan ciptaannya, tetapi apakah itu berarti bahwa kata ‘Ilaah’ – dan juga ‘Allah’ – secara harfiah bermakna demikian..? , dapat dipertanyakan apakah bahasa atau Al-Qur’an yang menggunakannya untuk makna ‘yang disembah’?. Kalau anda menemukan semua kata ‘Ilaah’ dalam Al-Qur’an, niscaya akan anda temukan bahwa kata itu lebih dekat untuk dipahami sebagai penguasa, pengatur alam raya atau dalam genggaman-Nya segala sesuatu, walaupun tentunya yang meyakini demikian, ada yang salah pilih ‘ilaah’nya.

Kata ‘Allah’ mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata selainnya, ia adalah kata-kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai ‘Ismu-Ilaah al-A’zham (Nama Allah yang paling mulia). Yang bila diucapkan dalam do’a, Allah akan mengabulkannya. Dari segi lafaz terlihat keistimewaan ketika dihapus huruf-hurufnya. Bacalah kata ‘Allah’ dengan menghapus huruf awalnya, akan berbunyi ‘Lilaah’ dalam arti ‘milik/bagi Allah’, kemudian hapus huruf awal dari kata ‘Lilaah’, itu akan terbaca ‘Laahu’ dalam arti ‘bagi-Nya’, selanjutnya, hapus lagi huruf awal dari ‘Laahu’, akan terdengan dalam ucapan ‘Huu’, yang berarti ‘Dia (menunjuk Allah), dan apabila itupun dipersingkat akan terdengar suara ‘Ah’ yang sepintas atau pada lahirnya mengandung makna keluhan, tapi pada hakekatnya mengandung makna permohonan kepada Allah. Karena itu sementara ulama berkata bahwa kata ‘Allah’ terucap oleh manusia, sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak suka. Itulah salah satu bukti adanya ‘fitrah’ dalam diri manusia. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa sikap orang-orang musyrik adalah :

38. Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. (Az Zumar)

dari segi makna dapat dikatakan bahwa kata ‘Allah’ mencakup segala sifat-sifat-Nya, bahkan Dia-lah yang menyandang nama-nama tersebut, karena itu jika anda berkata “Yaa..Allah..”, maka semua nama-nama/sifat-sifat-Nya telah tercakup oleh kata tersebut. Disisi lain, jika anda berkata ‘ar-Rahiim’, maka sesungguhnya yang anda maksud adalah Allah. Demikian juga ketika anda menyebut ‘al-Muntaqim’ (yang membalas kesalahan), namun kandungan makna ‘ar-Rahiim’ (Yang Maha Pengasih) tidak tercakup didalam pembalasan-Nya, atau sifat-sifat-Nya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam syahadat seseorang selalu harus menggunakan kata ‘Allah’ ketika mengucapkan ‘Asyhadu an Laa Ilaaha Illa-llaah’ dan tidak dibenarkan menggantinya dengan nama-nama-Nya yang lain.

Demikianlah Allah, karena itu tidak heran jika ditemukan sekian banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman agar memperbanyak zikir menyebut nama Allah, karena itu setiap perbuatan yang penting hendaknya dimulai dengan menyebut nama itu, nama Allah. Rasulullah bahkan mengajarkan lebih rinci lagi :”Tutuplah pintumu dan sebutlah nama Allah, padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah periukmu dan sebutlan nama Allah, rapatkanlah kendi airmu dan sebutlah nama Allah…”

Tafsir al-Mishbah buku 1

M.Quraish Shihab

bagaimana nama Allah dari sudut pandang inteletual mantan diaken dan juga master perbandingan dari Havard university?

Penggunaan kata Allah yang berarti Tuhan sering kali terdengar agak aneh, esoterik, dan asing bagi telinga orang Barat. Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Secara linguistik, bahasa Ibrani dan bahasa Arab terkait dengan bahasa-bahasa Semitik, dan istilah Arab Allah atau al-Ilah terkait dengan El dalam bahasa Ibrani, yang berarti Tuhan.1 El-Elohim berarti Tuhannya para tuhan atau Sang Tuhan.2 Ia adalah kata bahasa Ibrani yang dalam Perjanjian Lama diterjemahkan Tuhan. Karena itu, kita bisa memahami bahwa penggunaan kata Allah adalah konsisten, bukan hanya dengan Al-Qur’an dan tradisi Islam, tetapi juga dengan tradisi-tradisi-biblikal yang tertua.

Persamaan mendasar antara istilah Arab al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan istilah Ibrani El-Elohim bisa dipahami secara lebih jelas jika kita memerhatikan abjad bahasa Arab dan Ibrani. Baik bahasa Arab maupun Ibrani sama-sama tidak memiliki huruf untuk bunyi vokal. Abjad kedua bahasa tersebut hanya terdiri dari konsonan, dan keduanya bersandar pada penandaan sebagai bunyi vokal yang secara khas ditemukan hanya dalam tulisan formal sebagai satu petunjuk pengucapan. Transliterasi bahasa Indonesia dari istilah Arab al-Ilah dan istilah Ibrani El-Elohim telah memasukkan penandaan-penandaan vokal ini. Jika kita harus menghilangkan transliterasi Indonesia berupa penandaan-penandaan vokal ini, maka istilah Arab tersebut menjadi al-Ilh dan istilah Ibrani di atas menjadi El-Elhm. Jika kita harus menghilangkan bentuk jamak, yang hanya ditemukan dalam bahasa Ibrani, maka istilah Arabnya tetap al-Ilh, sementara istilah Ibraninya menjadi El-Elh. Akhirnya, jika kita harus melakukan transliterasi atas seluruh “alif” dalam bahasa Arab sebagai “a”, dan seluruh “alif” dalam bahasa Ibrani sebagai “a” juga, maka istilah Arabnya menjadi Al-Alh, dan istilah Ibraninyapun menjadi Al-Alh. Dengan kata lain, dengan pengecualian tunggal bahwa bahasa Ibrani menggunakan bentuk jamak, al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan El-Elohim, istilah Ibrani yang diterjemahkan sebagai Tuhan dalam Perjanjian Lama, benar-benar merupakan istilah yang sama sekali identik dalam bahasa Arab dan Ibrani, dua bahasa yang memiliki hubungan sangat erat.

dan bagaimana nama tersebut menurut intelektual Kristen, Herlianto/YBA

MENJAWAB HUJATAN PARA PENENTANG ALLAH DI DALAM ALKITAB

Baru-baru ini beberapa gereja-gereja dan segelintir umat Kristen diresahkan dengan terbitnya “Alkitab Eliezer ben Abraham” berjudul Kitab Suci Taurat dan Injil. Tidak kurang juga orang Kristen telah bingung dengan gerakan ini. Gerakan ini menuntut agar istilah Allah dalam Kitab Suci umat Kristian dihapuskan. Alasannya, nama Allah itu kononnya berasal dari “dewa air” yang mengairi bumi.

Saya sendiri sudah pernah menanggapi usul kontroversial ini dengan menggelar seminar yang menghadirkan pembicara Muslim dari IAIN Syarif Hidayatullah, Dr. Kautsar Azhari Noer.(1) Rekan Muslim saya ini menanggapi dengan kepala dingin, seraya mengatakan: “Itu hanya gerakan kaum awam yang tidak perlu ditanggapi.: Mengapa? Menurut Kautsar, “Setiap agama mengenal kontekstualisasi atau inkulturasi.” Ya, memang dulu istilah Allah pernah dipakai di lingkungan orang-orang jahiliah sebelum zaman Islam. Tetapi Islam justru datang untuk mengubah makna teologis istilah itu.

SEKITAR PENYIMPANGAN NAMA YAHWEH DAN ALLAH

Setelah seminar tersebut, reaksi berdatangan dari pihak “penentang Allah”. Bahkan terbit traktat baru yang khusus menanggapi makalah saya. Saya sendiri memutuskan untuk menghentikan polemik ini. Terus terang, amatlah sulit untuk sesiapa pun memahami “logika” kaum yang kurang cerdas itu.

Bayangkan saja, menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama “dewa air.” Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:

Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah

Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)

Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.

Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang “Allah” dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, “Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?” Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, “Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh”).

Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? “Allah” – demikian menurut Buthros ‘Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas – adalah “nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada” (hadza al-llah khalaq al-jami’ al-kainat). (3)

Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:

“Nu’minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama’I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura”

yang bermaksud :

Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. (4)

Mengapa mreka menuduh bahwa Allah adalah “dewa air” berdasarkan sumber-sumber tulisan yang bukan Alquran, sementara mereka menolak data yang telah saya kemukakan tentang penyimpangan nama Yahwe, karena tidak ada dalam Alkitab?

Oleh karena itu, saya menyarankan agar belajar lebih banyak tentang sejarah kekristenan di Timur Tengah, tempat kekristenan mula-mulanya berkembang. Peranan filologi (ilmu perbandingan bahasa) juga sangat penting dalam memperkaya kajian ini, sebelum mereka begitu bersemangat menyebarkan pendapat yang jelas-jelas tidak ilmiah.

KATA ALLAH DAN PADANANNYA DALAM BAHASA IBRANI DAN ARAMI

Dalam menilai kata Allah, kita harus memahami bahwa kata itu serumpun dengan kata-kata bahasa Semitik yang lebih tua (yang dipakai di Timur Tengah: Ibrani dan Arami). Kata Allah itu cognate dengan kata Ibrani: El, Eloah, Elohim; dan kata Arami Elah, Alaha, yang semuanya terdapat dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Targum (komentar-komentar Taurat dalam bahasa Arami yang lazim dibaca mulai dari zaman sebelum Al-Masih, zaman Sayidina Isa hingga hari ini).

Perlu anda ketahui, sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:

“Be Shum elah yisra’el …”

Daniel 5 : 1, “Demi Nama Allah Israel.”

“…di elahekon hu elah elahin, umara malekin

Daniel 2:47, “Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.

Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:

“Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah”

Yaitu Habakuk 3 : 3, yang bererti –

“Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela.”

Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, “sembahan yang itu”. Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.

“Laa ilaha ilallah”. Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :

“… wa’an Laa ilaha ilallah al-ahad, …faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya’in wa ilahi narji’u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu’ al-Masihu iladzi bihi kullu syai’in wa bihi nahya”

Yakni maksudnya :

Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa … dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup). (5)

Mereka begitu entengnya menanggapi hal ini. Menurut brosur mereka, istilah ‘Allah’ memang ada dalam Alkitab berbahasa Ibrani, tetapi artinya “sumpah” (1 Raj. 8:31; II Taw. 6:22). Mereka benar, tetapi mereka juga harus tahu, seperti kata Yahweh tidak turun dari langit. Demikian pula kata elohim, eloah, elah berasal dari akar kata tertentu. Menurut C.L. Schofield, istilah elah berasal dari akar kata el (Yang Maha kuat) dan alah (sumpah):

“to swear, to bind oneself by an oath, so implifying faithfullness.” (6)

Jadi, di hadapan hadirat El (Yang Maha kuat) seseorang mengikat sumpah (alah). Dari kata El dan alah ini, kemudian terbentuklah kata elah. Sedangkan bentuk elohim, dengan akhiran im menunjukkan jamak untuk menekankan kebesaran (pluralis maestaticus). Oleh para pujangga gereja kata tersebut ditafsirkan secara alegoris sebagai bukti dari sifat ketritunggalan Allah. Karena itu, sangat gegabah untuk menolak fakta keserumpunan antara Arab dengan bahasa Ibrani dan Aram, hanya dengan argumentasi dangkal seperti ini.

Kata alah (dengan satu “l”) memang ada dalam bahasa Ibrani yang berarti “sumpah, kutuk”. Berbeda dengan bahasa Arab allah (dengan dua huruf “L”). Dua huruf “l” (lam) yang dalam istilah Allah menunjukkan asal-usulnya dari kata sandang Al (the) dan ilah (god) seperti dikemukakan di atas. (7)

ISTILAH ALLAH DI LINGKUNGAN KRISTIAN SYRIA PRA-ISLAM

Seperti istilah Yahweh pernah dipuja secara salah di sekitar wilayah Samaria, terbukti dari inskripsi Kuntilet Ajrud dan Khirbet el-Qom, demikian juga istilah Allah disalahgunakan di sekitar Mekkah sebelum zaman Islam. Tetapi istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen.

Salah satu inskripsi kuno yang ditemukan pada tahun 1881 di kota Zabad, sebelah tenggara kota Allepo (Arab: Halab), sebuah kota di Syria sekarang, meneguhkan dalil tersebut. Inskripsi Zabad ini telah dibuktikan tanggalnya berasal dari azman sebelum Islam, tepatnya tahun 512. Menariknya, inskripsi ini diawali dengan perkataan Bism-al-lah, “Dengan Nama al-lah” (bentuk singkatnya: Bismillah, “Dengan Nama Allah”), dan kemudian diusul dengan nama-nama orang Kristen Syria. Bunyi lengkap inskripsi Arab Kristen ini dapat direkonstruksi sebagai berikut:

“Bism’ al-lah: Serjius bar ‘Amad, Manaf wa Hani bar Mar al-Qais, Serjius bar Sa’d wa Sitr wa Sahuraih”

terjemahannya :

– Dengan Nama Allah: Sergius putra Amad, Manaf dan Hani putra Mat al-Qais, Sergius putra Sa’ad, Sitr dan Shauraih. (8)

Menurut Yasin Hamid al-Safadi, dalam The Islamic Calligraphy, inskripsi pra-Islam lainya yang ditemukan di Ummul Jimal dari pertengahan abad ke-6 Masehi, membuktikan bahwa berbeda dengan yang terjadi di Arab selatan, di sekitar Syria nama ‘Allah’ disembah secara benar. Inskripsi Ummul Jimmal diawali dengan kata-kata Allah ghafran (Allah mengampuni). (9)

Bahkan menurut Spencer Trimingham, dalam bukunya Christianity among the Arabs in the pre-Islamic Times, membuktikan bahwa pada tahun yang sama dengan diadakannya Majma’ (Konsili) Efesus (431), di wilayah suku Arab Hartis (Yunani: Aretas ) dipimpin seorang uskup yang bernama ‘Abd Allah (Hamba Allah). (10)

Dari bukti-bukti arkeologis ini, jelas bahwa sebutan Allah sudah dipakai di lingkungan Kristen sebelum zaman Islam yang dimaknai sebagai sebutan bagi Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi.

PENGGUNAAN BAHASA IBRANI, YUNANI DAN ARAMI PADA ZAMAN YESUS

Cukup mengherankan bahwa “para penentang Allah” itu selalu menggunakan Ha B’rit ha-Hadasah (Perjanjian Baru bahasa Ibrani) dan memperlakukannya seolah-olah itulah teks bahasa aslinya. Dalam Perjanjian Baru berbahasa Ibrani ini tentu saja kita akan menjumpai nama Yahwe. Tetapi Perjanjian Baru berbahasa Ibrani itu adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Penerjemahan dilakukan oleh United Bible Society in Israel, baru pada tahun 1970-an.

Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani Koine dan para rasul Yesus tidak mempertahankan nama diri Yahwe. Saya setuju bahwa Yesus ketika masuk ke sinagoge, Baginda mengutip teks-teks Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (Lukas 4:18-19). Namun, kita juga harus paham bahwa Baginda juga telah bercakap-cakap dalam bahasa Arami dengan murid-murid-Nya sebagai “bahasa ibunda” masyarakat Yahudi pada zaman intu.

Nota-nota dan Referensi

Majalah DR, “Ketika Allah diperdebatkan”, 9-14 Ogos 1999.

Andrew D. Clarcke dan Bruce W.Winters (ed.), Satu Allah satu Tuhan: Tinjauan Alkitab tentang Pluralisme Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm.50

Buthros ‘Abd al-Malik (ed.), Qamus al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Jami’ al-Kana’is fii al-Syarif al-Adniy, 1981), hlm.107

Al-Qamas Isodorus al-Baramus, Al-Ajabiyat: shalawat As-Sa’at wa Ruh al-Tashra’at (Kairo: Maktabah Mar Jurjis al-Syaikulaniy Syabra, 1996), hlm. 79.

“Risalat Bulus ar-Rasul ila Ahl Kurinthus al-Awwal 8 : 4-6”, dalam al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Dar al-Kitab al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1992).

Rev. C.I. Schofield (ed.), Holy Bible, Schofield Reference (London: Oxford University Press, 1945), hlm.3

Kita lihat bahwa Allah itu Al-nya merupakan hamzah washl. Kerana itu menjadi wallahi, billahi dan sebagainya. Itu berarti kata Allah bukan merupakan akar kata yang asli. Sebab akar kata yang asli pasti menggunakan hamzah qath’. Lihat: Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm.262.

Bacaan Bism al-lah (Dengan Nama Allah) berasal dari Yasin Hamid al-Safadi, Kaligrafi Islam. Alih Bahasa: Abdul Hadi WM (Jakarta: PT. Panca Simpati, 1986), hlm. 6. Sedangkan M.A. Kugener, Note sur l’inscription triligue de Zebed (1907) seperti dikutip Spencer Trimingham Christianity Among the Arabs in pre Islamic Times (London-Beirut: Longman-Librairie du Liban, 1979), hlm. 226, membacanya “Teym al-Ilah”.

Jadi, sebagai nama diri yang diusul oleh nama-nama lainnya, bukan sebagai bunyi sebuah doa. Tetapi apa pun bunyi yang paling tepat dari awal inskripsi itu, yang jelas kata al-llah, Allah sudah dipakai dalam makna Tauhid Kristen, dan bukan dalam makna dewa berhala yaitu pagan.

Yasin Hamid al-Safadi, Loc.Cit

Spencer Trimingham, Op. Cit. Hlm. 74

Matthew Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts (Oxford: At the Calrendon Press, 1967).

Rabbi Nosson Scherman-Rabbi Meir Zlotowitz (ed.), Humasah Humasy Torah ‘im Targum Onqelos (Brooklyn: Mesorah Publications, Ltd. 1993), hlm.xxvi. Selanjutnya, mengenai Nama (dan nama-nama) Allah, cf. “Parashas Shemos”, hlm.304-305. 

sumber: Menjawab Berbagai Fitnah FaithFreedom

Tuhan Itu Jamak Atau Tunggal

Kata אֱלֹהִים `elōhîm berbentuk jamak. Lalu, apakah kata אֱלֹהִים `elōhîm selalu bermakna plural (jamak) karena berbentuk kata benda jamak?

אֱלֹהִים אֱלוֹהַ ) אֱלֹהַ ) + ים
`elōhîm `elōha (dibaca: `eah) -im (akhiran)

Dalam bahasa Ibrani,bentuk jamak yang ditandai dengan akhiran ִים “-îm” atau -וֹת “ot” mempunyai 2 arti:

1. JAMAK NUMERIK (Numerical Plural)

Jamak numerik menunjukkan, terdapat lebih dari 1 subyek/obyek (untukkata kerja yang tdk punya bentuk dual) atau terdapat lebih dari 2 subyek/obyek (untukyang punya bentuk dual).

misal:

  • בַּיִת bayît(rumah/house)- בַּתִים batîm (rumah-rumah/houses)
  • מֶלֶ melek (raja/king)- מְלָכִים məlākîm (raja-raja/kings)
  • אֶבֶד `ėved(hamba/servant)-אֲבָּדִים `abādîm (hamba-hamba/servants)
  • 2. JAMAK MAIESTASIS (Majestatic Plural)

    Jamak maiestasis menunjukkan kebesaran atau keagungan.

    misal:

    בְּהֵמָה bəhēmāh -> בְּהֵמוֹת bəhēmōt

    Kata בְהֵמָה bəhēmāh yang berbentuk singular (tunggal) berarti binatang buas yang besar. Untuk menunjukkan binatang itu sangat besar dan punya keagungan sebagai raja binatang masa itu, kata בְהֵמָה bəhēmāh dibuat jamak maiestasis.

    Jadi בְהֵמוֹת bəhēmōt adalah binatang yang paling besar dan merupakan raja binatang buas.

    Kata אֱלֹהִים `elōhîm bermakna jamak maiestasis bila merujuk ke Ilah (Tuhan) yang disembah oleh Ibrahim dan para nabi. Hal tersebut sama sekali TIDAK berarti Tuhan (Ilah) yang disembah oleh Ibrahim lebih dari satu (jamak numerik), melainkan berarti, Ilah yang disembah oleh Ibrahim itu adalah Tuhan (Ilah) Yang Maha Besar dan Maha Agung.

    Bentuk jamak maiestasis kata אֱלֹהִים `elōhîm yang merujuk ke Ilahnya Ibrahim jg tdk berarti terdapat 3 Tuhan (ilah) dalam 1 Tuhan (ilah), krn jamak maiestasis menunjukkan keagungan/kebesaran, BUKAN menunjuk ke jumlah/bilangan (numeric). Jadi, pemahaman bahwa dalam diri 1 Tuhan (Ilah) Ibrahim ada 3 Tuhan (Ilah) jg tidak benar dan tidak dapat didasarkan pada bentuk jamak maiestasis (majestatis) kata אֱלֹהִים `Ėlohîm ini. Pemahaman yang berasal dari bid’ah Mormon ini berlawanan dengan prinsip ke-Esa-an Allah.

    Bentuk tunggal (singular) kata אֱלֹהִים `elōhîm juga dpt diketahui dari predikat kalimat yang menggunakan kata אֱלֹהִים `elōhîm sebagai subyek.

    Misal:

    בְרֵאשִׁית בָרָא אֱלֹהִים אֶת הַשָּׁמַיִם וְאֶת הָאָרֶץ׃

    Bərēšît bārā `elōhîm `et haššāmayîm wə`et hā`āreș.

    Pada mulanya,Tuhan (Ilah) menciptakan langit dan bumi.

    (Kej 1:1)

    Kata בָּרָא bārā (kej 1:1) adalah kata kerja bentuk tunggal (singular),bukan bentuk plural (jamak). Bentuk plural kata בָּרָא bārā adalah בָּרְאוּ bārə’ū.

    Namun bentuk maiestasis bisa juga sampai ke bentuk kata kerja (verb) dan kata sifat (adjective) yang menyertai אֱלֹהִים `elōhîm itu, jd tidak terbatas hanya pada kata bendanya saja, misal: 2 Samuel 7:23; 1 Samuel 17:26,36; Torat, Kejadian 10-25:7; Torat, Ulangan 5: 26.

    Perlu diperhatikan, kata אֱלֹהִים `elōhîm dalam Torat Kejadian 1:1 penulis terjemahkan dengan kata “Tuhan” atau dengan kata “Ilah” krn kata אֱלֹהִים `elōhîm adalah kata umum (generic name, nama jenis), sebagaimana kata “Tuhan” dan kata “Ilah” yang juga kata umum. Kata “Allah” yang dipakai dalam bahasa Indonesia ragam umum adalah proper name (nama diri) yang tergolong kata khusus. Kata ini berpadanan dengan kata אֱל El dan יְהוָה YHWH yang juga proper nama (nama diri ilahnya Ibrahim) dan merupakan kata khusus. Lengkapnya dibahas pada seri 1.5 dan seri 1.6.

    Dapatkah kata אֱלֹהִים `elōhîm bermakna jamak numerik?

    Dapat. Kata אֱלֹהִים `elōhîm bermakna jamak numerik bila merujuk ke ilah-ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa selain bangsa-bangsa Ibrahimik yang hidup di sekitar bangsa-bangsa Ibrahimik.

    Kata אֱלֹהִים `elōhîm juga bermakna jamak numerik bila merujuk ke ilah-ilah yang disembah oleh bangsa Israel dan bangsa-bangsa Ibrahimik lainnya saat mereka sedang jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala.

    Dosa ini meliputi:

  • dosa menyembah Ilah selain ilahnya Ibrahim atau dosa menyembah berhala dan meng-Ilah-kan (men-Tuhan-kan) sesuatu yang bukan Ilah (Tuhan))
  • menyembah Ilahnya Ibrahim bersamaan dengan menyembah ilah-ilah lain yang sebenarnya bukan ilah (Dosa mempersekutukan Allah).
  • Pada kedua kasus tersebut, kata אֱלֹהִים `elōhîm terkadang bermakna jamak numerik.

    Dosa mempersekutukan Tuhan (menyembah ilahnya Ibrahim sekaligus menyembah ilah2 lain yang bukan ilah,misal: Ashera/ Ishtar/ Ashitoret, Baal, Dagon, dsb) itu dilakukan juga oleh bangsa Israel purba. Inilah yang ditegur oleh para nabi Kitab Perjanjian Lama, misal: nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dsb.

    http://www.mossackanme.web.id/faith/tauhid-keesaan-allah/tuhan-itu-jamak-atau-tunggal.html

    Siapakah Nama Tuhan?

    Pertanyaan “Siapakah nama Tuhan itu?” merupakan pertanyaan yang sangat sederhana dan sangat mendasar, tapi justru menjadi pertanyaan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dan miskomunikasi bila pihak-pihak yang berkomunikasi menggunakan ragam bahasa yang berbeda meski sama-sama berbahasa Indonesia. Misal, satu pihak menggunakan bahasa Indonesia ragam umum, sedangkan pihak lain menggunakan bahasa Indonesia ragam LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Karena perbedaan ragam bahasa Indonesia antara pihak-pihak yang berkomunikasi seringkali terjadi tanpa disadari, maka kesalahpahaman dan miskomunikasi (komunikasi yang tidak nyambung) yang terjadi juga sering kali muncul sebagai dampak ikutan yang tidak disadari pula.

    Pada pertanyaan ”Siapakah nama Tuhan itu?”, makna kata ”Tuhan” dalam bahasa Indonesia ragam umum dan bahasa Indonesia ragam LAI sangat berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2

    Table 1 kata ”Tuhan” dalam bahasa Indonesia ragam umum

    Bahasa Indonesia Ragam Umum Bahasa Ibrani Bahasa Yunani Bahasa Arab Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Ragam LAI
    Tuhan, Ilah, ilah אֱלֹהִים `elōhîm θέος theos اِلٰه ilah God, god (makna generik) Allah, allah

    Table 2 Padanan kata “Tuhan” dalam bahasa Indonesia ragam LAI

    Bahasa Indonesia Ragam LAI Bahasa Ibrani Bahasa Yunani Bahasa Arab Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Ragam Umum
    Tuhan אָדֹן `Ādōn

    אָדֹני `Ādōnay

    κυριος Kyrios رب

    rabb

    Lord Tuan, Penguasa, Guru, Junjungan, Bos, Raja

    Intinya, pihak yg memiliki posisi/jabatan superordinat (di atas)

    Jadi, makna pertanyaan “Siapakah nama Tuhan itu?” bagi pihak yang berbicara dalam bahasa ragam Indonesia umum berpadanan dengan pertanyaan dalam bahasa Inggris ”Who is the God?”. Bagi pihak yang berbicara dalam bahasa Indonesia ragam LAI, pertanyaan “Siapakah nama Tuhan itu?” berpadanan makna dengan pertanyaan dalam bahasa Inggris “Who is the Lord?”. Jawaban atas kedua pertanyaan itu berbeda. Hal itu diketahui dari 1 Korintus 8:6

    Table 3 Perbandingan terjemahan dari 1 ayat yang sama (1 Kor 8:6)

    Bahasa Ayat dari 1 Korintus 8:6
    Yunani VallV h`mi/n ei-j qeo.j o` path.r evx ou- ta. pa,nta kai. h`mei/j eivj auvto,n, kai. ei-j ku,rioj VIhsou/j Cristo.j diV ou- ta. ta,uta kai. h`mei/j diV auvtou/
    Inggris Yet for us there is God, ‘the Father’, of whom are all things, and we for Him; and one Lord Jesus Christ, through whom are all things, and through whom we live.
    Indonesia ragam umum Namun bagi kita hanya ada satu Ilah (Tuhan) saja, yaitu : ‘Sang Bapa’, yang dari-Nya segala sesuatu berasal dan yang untuk-Nya kita hidup;

    dan satu Tuan saja, yaitu : Isa Al Masih, yang melalui Dia itulah segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita ada.

    Indonesia ragam LAI Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa yang daripadaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu : Yesus Kristus yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

    Catatan terjemahan:

    – kata dalam tanda ‘….’ adalah kata kias

    – warna kuning untuk kata qeo.j dan terjemahannya

    – warna hijau untuk kata ku,rioj dan terjemahannya

    Dari penjabaran di atas dapat diketahui mengapa jawaban atas pertanyaan “Siapakah nama Tuhan itu?” bagi pihak yang berbicara dengan bahasa Indonesia ragam LAI adalah Yesus Kristus, yaitu karena makna pertanyaan itu berpadanan dengan pertanyaan “Who is the Lord?”, bukannya berpadanan dengan pertanyaan dalam bahasa Inggris “Who is the God?”

    Dalam ayat tersebut, kodrat kemanusiaan (kodrat insani) Isa Al Masih dinyatakan dengan kata κυριος “Kyrios” (bahasa Yunani), “Lord” (bahasa Inggris), “Tuan” (bahasa Indonesia ragam umum), sedangkan frase h`mei/j diV auvtu/ “hēmîs diawtu” (through whom we live (bahasa Inggris), “melalui Dia, kita ada” (bahasa Indonesia ragam umum), “karena Dia kita hidup (bahasa Indonesia ragam LAI) menunjuk/merujuk kepada kodrat keilahian (ke-Tuhan-an) Isa Al Masih sebagai Firman Allah yang nuzul (turun) menjadi manusia, karena Allah menjadikan segala sesuatu dan menciptakan kita manusia melalui Firmannya. Frase ini paralel dengan Injil Yohanes 1:3 yang ditulis oleh salah seorang Hawariyyun bernama Yohanes pada kira-kira tahun 95 M (35 tahun setelah Paulus syahid). Detil mengenai satu pribadi tunggal Isa Al Masih (Yesus Sang Kristus) yang memiliki kodrat insani (kodrat manusiawi) dan kodrat Ilahi (kodrat ke-Tuhan-an) akan dibahas nanti setelah topik tentang elohim אֱלֹהִימ `elōhîm ini selesai.

    Bagi pihak yang berbicara dengan bahasa Indonesia ragam umum, makna pertanyaan “Siapakah nama Tuhan itu?” berpadanan dengan pertanyaan “Who is the God?”, dan bukannya berpadanan dengan pertanyaan “Who is the Lord?”. Menurut ayat 1 Kor 8:6a, Ilah/Tuhan adalah Dia yang disapa dengan kata kias ο πατηρ “ho Pater” (Sang Bapa)1

    VallV h`mi/n ei-j qeo.j o` path.r evx ou- ta. pa,nta kai. h`mei/j eivj auvto,n

    Yet for us there is one God, “the Father”, of whom are all things, and we for Him.

    Namun bagi kita hanya ada 1 Tuhan (Ilah) saja, yaitu : ‘Sang Bapa’, yang dariNya segala sesuatu berasal dan yang untukNya kita hidup.

    Ayat 1 Kor 8:6a yang menyatakan bahwa Ilah itu disapa dengan kata kias ‘Bapa’ paralel dengan Injil Yohanes 8 : 54 yang juga menyatakan bahwa Ilah itu adalah “Bapa”

    Dan siapakah Dia yang disapa dengan kata kias “Bapa” itu?

    כִּי־אַתָּה ‏אָבִינוֹ כִּי אַבְרָהָם לֹא יְדָעָנוּ וְיִשְׂרָאֵל לֹא יַכִּירָנוּ אַתָּה יהוה אָבִינוּ גֹֽאֲלֵנוּ מֵֽעוֹלָם

    ׃ (ישעיה סג׃יו) שְׁמֶֽ

    Bukankah Engkau adalah ‘Bapa’ kami?

    Sungguh,

    Ibrahim tidak tahu apa-apa tentang kami, dan

    Israel (nabi Yakub) tidak mengenal kami.

    Ya YHWH, Engkau sendiri adalah ‘Bapa’ kami;

    Sejak dulu, namaMu ialah ‘Penebus kami’.

    (Yesaya 63 : 16)

    Ayat tersebut menunjukkan bahwa Dia yang disapa dengan kata kias ‘Bapa’ itu adalah YHWH …. (i)

    Bila kata YHWH itu kita substitusikan ke atas kias ‘Bapa’ dalam 1 Kor 8 : 6a, maka diperoleh kalimat dalam bahasa Indonesia ragam umum sebagai berikut :

    Namun bagi kita hanya ada 1 Ilah (Tuhan) saja, yaitu : YHWH, yang dariNya berasal segala sesuatu dan yang untuk-Nya kita hidup. ….. (ii)

    Pernyataan tersebut paralel dengan Ulangan 6 : 4

    שְׁמע ישְרָאֵל יהוה אֱלֹהֵינוּ יהוה אֶחָֽד׃ ( דכרימ ו׃ד)

    Šəmā Yišrāēl YHWH `elōhēnû YHWH eḥad

    Dengarkanlah, wahai Israel, YHWH adalah Ilah (Tuhan) kita, YHWH itu Esa.

    (Ul 6 : 4)

    Isa Al Masih menyebut ‘Bapa’ itu adalah satu-satunya Allah yang benar (Yoh 17 : 1 & 3) … (iii)

    1 tau/ta evla,lhsen VIhsou/j kai. evpa,raj tou.j ovfqalmou.j auvtou/ eivj to.n ouvrano.n ei=pen, Pa,ter, evlh,luqen h` w]ra do,xaso,n sou to.n ui`o,n, i[na o` ui`o.j doxa,sh¡ se,

    2 au[th de, estin h` aivw,nioj zwh. i]na ginw,skwsin se. to.n mo,non avlhqino.n qeo.n kai. o]n avpe,steilaj VIhsou/n Cristo,n


    1 Demikianlah kata Isa. Lalu Isa menengadah ke langit dan berkata, “ ‘Bapa’, telah tiba saatnya; permuliakanlah ‘Anak’Mu, supaya ‘Anak’Mu mempermuliakan Engkau”

    2 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar dan sejati, dan mengenal Isa Al Masih yang telah Engkau utus.

    (Injil Yohanes 17:1-3)

    Bila kata YHWH disubstitusikan ke kata kias ‘Bapa’ dalam kalimat (iii), maka diperoleh pemahaman bahwa YHWH itu adalah satu-satunya Allah yang benar. Dengan kata lain, YHWH itu adalah Allah.

    Ini sesuai dengan Ul 4 : 35

    אַתָּה הָרְאֵתָ לָדַעַת כִּי יהוה הוּא הַאֱלֹהים אֵין עוֹד מִלְבָדּֽוֹ׃ (דכרימ ד׃לה)

    Kamu telah dibuat mengetahui bahwa YHWH adalah Allah, tidak ada Ilah (Tuhan) selain Dia.

    (Torat; Ulangan 4 : 35)

    Ayat tersebut menegaskan bahwa YHWH adalah Allah dan bahwa Allah adalah YHWH.

    Kata “Dia” dalam ayat tersebut merujuk kepada kata “YHWH” atau kepada kata “Allah” yang berada pada anak kalimat pertama ayat tersebut, sehingga ayat tersebut dapat dituliskan dengan 2 cara penulisan sbb :

    Kamu telah dibuat mengetahui bahwa YHWH adalah Allah, tidak ada Ilah (Tuhan) selain YHWH. ….(iv)
    Kamu telah dibuat mengetahui bahwa YHWH adalah Allah, tidak ada Ilah (Tuhan) selain Allah.

    Frase “Tidak ada ilah (Tuhan) selain YHWH” menegaskan/menguatkan kalimat (ii). Karena YHWH adalah Allah, maka kalimat “Tidak ada Ilah (Tuhan) selain YHWH” bermaksud sama dengan kalimat “Tidak ada Ilah (Tuhan) selain Allah” (1 Kor 8 : 4)

    peri. th/j brw,sewj ou=n tw/n eivdwloqu,twn, oi;damen o[ti ouvde.n ei;dwlon evn ko,smw¡ kai. o[ti ouvdei.j qeo.j eiv mh. ei-j

    Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu : “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Ilah (Tuhan) selain Dia (Allah) selain Dia (Allah) yang Esa.

    (1 Kor 8 : 4)

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Alkitab telah menyatakan “Tidak ada Ilah (Tuhan) selain Allah”. Kitab-kitab yang dikutip di atas berasal dari sekitar tahun 1280 SM sampai 100 M.Dengan demikian, kalimat syahadat pertama yang berbunyi “Tidak ada Ilah (Tuhan) selain Allah” telah berusia 1380+2008=3388 tahun pada saat artikel ini ditulis.

    Uraian tersebut juga membuktikan bahwa satu-satunya Sang Pencipta Yang Maha Esa itu dikenal setidaknya dengan 3 nama, yaitu: El,YHWH, atau Allah. Allah itu disapa dengan kata kias “Bapa”.

    Lalu, apakah makna kata kias “Bapa” itu? Bagaimana pula dengan kata kias “Anak” dan “Roh Kudus”? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dibahas pada artikel-artikel berikutnya.

    http://www.mossackanme.web.id/faith/tauhid-keesaan-allah/siapakah-nama-tuhan-itu.html